Pelayanan prima adalah kata yang wajib dipahami oleh setiap
penjual atau pengusaha, pelayanan prima berkaitan dengan pemberian servis
secara maksimal dalam segala aspek yang berkaitan dengan kegiiatan yang
dilakukan. Pelayanan prima dapat ditunjukan dengan berbagai kegiatan yaitu sejak konsumen datang hingga konsumen menikmati produk yang
dibelinya( layanan purna jual).
Loyalitas konsumen kan terbentuk
dengan sendirinya jika konsumen merasa terpuaskan dengan pelayanan dan produk
yang ditawarkan. Mempertahankan konsumen agar tetap loyal terhadap perusahaan
merupakan aktifitas yang wajib dilakukan oleh setiap perusahaan.
A.
Pengertian pelayanan prima.
Secara umum pelayanan prima adalah
aktifitas yang dilakukan oleh penjual atau pemilik jasa dalam melayani konsumen
dengan sebaik-baiknya. Pelayanan prima sangat berkaitan dengan dua hal yaitu
pelayanan dan kualitas pelayanan.
1.
Pengertian pelayanan prima
Pelayanan prima(Excellent service) adalah suatu pelayanan yang terbaik
dalam memenuhii harapan dan kebutuhan pelanggan(standar pelayanan) .
a.
Kualitas pelayanan
Pada dasarnya kualitas setiap organisasi usaha/non profit memiliki
beberapa kesamaan definisi dari kualitas pelayanan yaitu:
1)
Kualitas adalah tindakan untuk memenuhi harapan
pelangan
2)
Kualitas merupakan kondisi mutu yang setiap saat
mengalami perubahan.
3)
Kualitas itu mencakup
proses,produk,jasa,barang,manusia dan lingkungan yang memuaskan
4)
Kualitas adalah suatu kondisi yang dinamis yang
berhubungan dengan kondisi produk,jasa, manusia,proses dan lingkungan yang berhubungan
dengan konsumen.
b.
Dimensi kualitas pelayanan
Vinsent Gespersz menyatakan bahwa kualitas pelayanan itu meliputi
dimensi-dimensi berikut ini:
1)
Ketepatan wakyu pelayanan yang berkaitan dengan
waktu tunggu dan proses
2)
Kualitas pelayanan yang berkaitan dengan dengan
akurasi dan ketepatan pelayanan
3)
Kualitas pelayanan yang berkaitan
dengankesopanan dan keramahan perilaku bisnis.
4)
Kualitas pelayanan berkaitan dengan dengan
tanggung jawab dalam penanganan keluhan
pelangan.
5)
Kualitas pelayanan berkaitan dengan sedikit
banyaknya petugas yang melayani serta
fasilitas yang mendukung
6)
Kualitas yang berkaitan dengan lokasi, ruang
tempat pelayanan,tempat parkir, ketersediaan informasi dan petunjuk atau
panduan lain.
7)
Kualitas pelayanan berkaitan dengan kondisi lingkungan
,kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik/hiburan,AC, alat komunikasi dan
fasilitas pendukung yang lain.
Dr. W.Edward Demings, seorang
ahli manajemen yang dijuluki bapak (TQM) mengembangkan konsep siklus
Demings(siklus PSDA) (Plan,Do,Study and Act). Konsep in berkaitan dengan
peningkatan kualitas mutu pelayanan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Tahap Plan(Perencanan)
Rencana perbaikan kualitas pelayanan mencakup empat langkah, yaitu:
a)
Identifikasi peluang perbaikan
b)
Dokumentasi peluang yang ada pada saat ini
c)
Menciptakan visi proses yang perlu diperbaiki.
d)
Menentukan jangkauan usaha perbaikan
2.
Do(Pelaksanaan)
Rencana yang disusun dilaksanakan
secara nyata bertahap dan berkesinambungan
3.
Study(pemeriksaan)
Hasil pelaksanaan progeram kemudia dievaluasi ,diperiksa dan dicatat,
untuk dijadikan dasar penyesuaian dan perbaikan.
4.
Act(pemeriksaan)
Penyesuaian
dan perbaikan dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian. Langkah selanjutnya
adalah mengulangi siklus rencana perbaikan berikutnya.
Stamqtis
(1996) mengembangkan konsep Total Quality Service(TQS) sebagai sistem manajemen
strategis dan integratif yang melibatkan semua unsur manajemen dan pegawai
dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki
proses-proses pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
Menurut Stamqtisterdapat tiga dimensi pokok yang
berkaitan dengan TQS yaitu strategi,
sistem dan SDM.
- 1. Strategi adalah dimensi penggunaan pendekatan dan metode yang diangap paling efektif dalam mencapai tujuan organisasi dalam meningkatkan mutu pelayanan.
2. Sistem adalah prosedur atau tatacara yang dirancang untuk mendorong
peningkatan mutu pelayanan.
SDM adalah tenaga kerja,pegawai yang memiliki
kapasitas yang responsif terhadap peningkatan mutu
pelayanan.
Tujuan pokok TQS adalah untuk
mewujudkan kepuasan pelangan , memberikan tangungjawab kepada pelangan dan
melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus.
2.
Sejarah perkembangan pelayanan prima
Pelayanan prima mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dengan
mengakomodasi kebutuhan dan harapan konsumen yang semakin banyak dan komplek.
Berikut ini akan dijabarkan sejarah pelayanan prima menurut Garvin dalam bukunya Managing Quality, untuk lebih jelasnya
pelajari materi sejarah perkembangan pelayanan prima berikut.
a.
Pendekatan Inspeksi
Perkembangan pelayanan prima dalam tahap ini lebih menitikberatkan pada
bentuk pengawasan terhadap produk secara langsung dibandingkan dengan standard yang seragam
terhadap produk yang ada. Pendekatan inspeksi ini lebih menitik beratkan pada
bagaimana kualitas suatu produk yang ditawarkan, sehingga kontrol terhadap
produk sangat ketat. Contoh:
1)
Bentuk kemasan yang standard dan menarik
2)
Berat produk yang sama antar beberapa produk
3)
Komposisi yang tetap dan standard
4)
Harga yang stabil dan sama dari penjual ke
konsumen
5)
Kualitas yang sama dari setiap produk
b.
Pendekatan pengendalian kualitas statistika
Pendekatan ini merupakan pendekatan
secara ilmiah, yang pertama kali mempublikasikan adalah W.A Shewhart dari bell telephone laboratoris. Ia
menyebutkan bahwa Variabilitas merupakan suatu kenyataan dalam sebuah industeri
dan hal ini dapat dipahami dengan menggunakan prinsip probabilitas dan
statistik.
Pendekatan ini berkembang untuk melakukan trade off antara biaya tinggi
akibat inspeksi 100% dengan resiko dari salah satu keadaan berikut:
1)
Menerima suatu kelompok produksi yang
sesungguhnya terdiri dari beberapa item yang rusak dalam prosentase tinggi
2)
Menolak suatu kelompok produk yang sesungguhnya
memenuhi standard kualitas tetapi kurang tepat guna atau kurang dibutuhkan.
c.
Pendekatan jaminan kualitas
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih maju dari pendekatan
secara statistical, secara garis besar dibedakan menjadi empat konsep
pengembangan, yaitu:
1)
Biaya kualitas
Pendekatan ini merupakan ciptaan dari Joseph
Juran sebagai jawaban atas
pertanyaan” seberapa besar kualitas dirasa cukup? Menurut Juran, biaya
untuk mencapai tingkat kualitas tertentu dibagi menjadi biaya yang dapat
dihindari dan biaya yang tidak dapat dihindari,
Biaya yang dapat dihindari antara lain:
a)
Biaya inspeksi
b)
Biaya pengendalian kualitas untuk mengurangi
kerusakan(defects)
Biaya yang dapat dihindari antara
lain:
a)
Biaya kegagalan produk karena bahan baku yang
rusak
b)
Biaya untuk perbaikan dan pengerjaan produk
ulang
c)
Pemrosesan keluhan pelanggan
d)
Kerugian finansial karena pelanggan yang kecewa
dan berhenti.
2)
Pengendalian kualitas terpadu(Total Quality
Control)
Konsep ini dikenalkan oleh Armanb
Feigenbaum pada tahun 1965, pad intinya bahwa pengendalian harus dilakukan
sejak perencanaan dan perancangan suatu produk hinga produk sampai pada
konsumen dan konsumen merasa puas dengan produk tersebut dan pengendalian
secara inspeksi dihentikan karena produk sudah sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Prinsip utama TQC adalah quality
is everbody Job, kegiatan pengendalian kualitas TQC dikelompokan dalam tiga
kategori, yaitu:
a)
Pengendalian rancangan baru
b)
Pengendalian bahan baku yang baru datang
c)
Pengendalian produk.
3)
Reability Engineering
Reability Engineering dikenalkan pertama kali oleh angkatan bersenjata AS
pada tahun 1950, hal ini berkaitan dengan kebutuhan berbagai senjata dan
peralatan elektronik yang dapat diandalkan dan sesuai dengan kebutuhan saat
itu, sebagai langkah antisipasi menghindari pengantiian suku cadang yang
membutuhkan biaya mahan.
4)
Zero defect
Konsep ini dikenalkan oleh Martin
Company pada tahun 1961-1962. Konsep ini muncul karena kebutuhan pelangan
akan peralatan militer yang tepat guna, siap pakai dan penyerah yang tepat
waktu. Konsep ini mengharapkan kesempurnaan saat produk diterima dan berguna
dengan baik, serta bentuk pengawasan yang lebih terfokuskan pada sumber
permasalahan. Jika ada permasalahan akan segera diperbaiki. Contoh kesalahan
dan langkah mengatasinya adalah:
a)
Kurangnya pengetahuan karyawaan. Hal ini diatasi
dengan penggunaan teknik pelatihan moderen.
b)
Kurangnya fasilitas yang tepat. Hal ini diatasi
dengan melakukan pengawasan secara periodik dan survy pabrik dan peralatanya.
c)
Kesadaran dan motivasi karyawan, hal ini diatasi
dengan memberikan wewenang yang lebih besar kepada karyawan dalam bekerja,
sehinga karyawan bekerja dengan penuh tangung jawab.
d.
Pendekatan manajemen kualitas strategis
Dalam pendekatan ini, lebih banyak melihat dari yang memiliki kemajuan
pesat dalam indusrtinya, dan dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian penting
yaitu perkembangan berdasarkan pengalaman negara Jepang, AS dan negara –negara
dibenua Eropa
1)
Pengalaman negara Jepang
Gerakan peningkatan kualitas pelayanan dijepang mengalami kemajuan yang
sangat pesat, hal ini karena semakin tinggi tangung jawab dari setiap orang
yang dalam setiap industeri maupun lembaga yang lainnya, setiap orang yang ada
merasa memiliki dan juga merasa ingin diperlakukan dengan sebaik mungkin. Mereka
didorong untuk mengambil inisiatif dalam mengidentifikasi dan memecahkan
masalah serta mengusulkan pemecahan dan perbaikan dalam manajeman.
Salah satu konsep yang banyak digunakan adalah Companywide Quality Control, yang pada dasarnya merupakan perluasan
dari ide TQC, komponen-komponen yang terdapat dalam CQC adalah:
a)
Keterlibatan semua fungsi dan bidang dalam
peningkatan kualitas pelayanan.
b)
Keterlibatan semua level dan manajemen puncak
sampai karyawan front line(semua lapisan/bidang) dalam memperhatikan kualitas
pelayanan.
c)
Adanya filosofi perbaikankualitas pelayanan
secara berkesinambungan.
d)
Orientasi kepada pelanggan, karena kualitas
ditentuka dari sudut pandang pelangan atau masyarakat.
2)
Pengalaman AS dan Negara-negara di Eropa
Menjelang tahun 1980-an perusahaan-perusahaan dikawasan benua Amerika dan
Eropa mulai melakukan berbagai perbaikan dan pembenahan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan, mereka mulai menyadari pentingnya peranan
strategis kualitas dalam mempertahankan konsumen sebagaimana telah dilakukan
oleh jepang pada waktu yang lebih dulu.
e.
Pendekatan Obsesi Kualitas Menyeluruh (TQO)
TQO
(Total Quality Obsession) dikenalkan
oleh Christopher Lovelock, dalam
pendekatan ini merupakan pendekatan yang absolut atau mutlak harus dilakukan
oleh setiap perusahaan dengan mengadopsi pendekatan-pendekatan sebelumnya yang
meliputi konsep kualitas absolut dan zero defect, cara untuk mencapai
keabsolutan kualitas pelayanan dan zero defect adalah menerapkan secara
bersama-sama TQC dan TQM.
Komentar
Posting Komentar