LANDASAN TEORI
3.1
Minat Baca
3.1.1
Pengertian minat baca
“Minat diartikan sebagai moment dari kecenderungan
terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting” (Kartini
Kartono dalam Nurbiyanti, 1980:78). Minat dapat dikelompokkan sebagai sifat
atau sikap yang memiliki kecenderungan-kecenderungan atau tendensi tertentu.
Minat dapat mempresentasikan tindakan-tindakan, minat tidak dapat dikelompokkan
sebagai pembawa tetapi sifatnya dapat diusahakan, dipelajari, dan dikembangkan.
Menurut Ibrahim Bafadal (1992:192), telah dijelaskan bahwa minat sebagai
berikut:
1.
Minat
bukan hasil pembawaan manusia tetapi dapat dibentuk atau diusahakan,
dipelajari, dan dikembangkan.
2.
Minat
itu dapat dihubungkan untuk maksud-maksud tertentu untuk bertindak.
3.
Secara
sempit, minat itu diasosiasikan dengan keadaan social seseorang dan emosi
seseorang.
4.
Minat
itu biasa membawa inisiatif dan mengarahkan kepada kelakuan atau tabiat
manusia.
Mengenai
pengertian membaca, banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang membaca.
“Membaca merupakan kegiatan komplek dan sengaja, dalam hal ini berupa proses
berpikir yang didalamnya terdiri dari berbagai aksi pikir yang bekerja secara
terpadu mengarah kepada satu tujuan yaitu memahami makna paparan tertulis
secara keseluruhan” (Ibrahim Bafadal, 1992:193).
“Membaca
adalah proses psikologi yag melibatkan penglihatan, gerak mata, ingatan
pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami dan pengalaman membacanya”
(Suwaryono Wiryodijoyo dalam Nurbiyanti, 1989:78). “Membaca adalah kegiatan
yang dilakukan berupa penerjemahan simbol atau huruf ke dalam kata dan kalimat
yang memiliki makna bagi seseorang” (Bram dan Dickey dalam Darmono, 2007:215).
Menurut
Darmono (2007:215) tujuan umum orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi
baru. Dalam kenyataanya terdapat tujuan yang lebih khusus dari kegiatan
membaca, yaitu:
1.
Membaca
untuk tujuan kesenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel,
surat kabar, majalah, dan komik.
2.
Membaca
untuk meningkatkan pengetahuan seperti pada membaca buku-buku pelajaran buku
ilmu pengetahuan.
3.
Membaca
untuk melakukan suatu pekerjaan, misalnya para mekanik perlu membaca buku
petunjuk, ibu-ibu membaca booklet tentang resep masakan, membaca prosedur kerja
dari pekerjaan tertentu.
Menurut
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Proyek Pengembangan Buku dan
Minat Baca (1996:8) :
Minat baca
adalah keinginan kuat yang disertai usaha-usaha seseorang atau masyarakat untuk
membaca dan orang yang mempunyai minat baca yang besar ditunjukkan oleh usaha
memperoleh bahan bacaan, kesediaan seseorang menyediakan waktu untuk mebaca,
alasan dan tujuan membaca, serta kesadaran akan manfaat membaca. Orang yan
mempunyai minat baca yang kuat akan menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan
sekaligus kebutuhan, penghargaannya terhadap bahan-bahan bacaan, orang yang
membaca , tempat-tempat da kegiatan yag berkaitan dengan membaca juga akan
meningkat.
“Minat baca merupakan jiwa yang mendorong seseorang
berbuat sesuatu terhadap membaca, ditunjukan dengan keinginan yang kuat untuk
melakukan kegiatan membaca”
(Darmono, 2007:214). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan minat baca adalah sebagai kejadian dari kecenderungan hati untuk
memperhatikan kata-kata tertulis yang melibatkan penglihatan, gerakan mata,
pembicaraan, ingatan pengetahuan mengenai kata-kata yang dapat dipahami dan
pengalaman membacanya yang dilakukan secara intensif.
3.1.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca
Menurut
Darmono (2007:217) faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu factor intern dan factor ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam masing-masing diri individu, meliputi faktor
jasmani dan psikologi. Faktor jasmani terdiri dari kesehatan individu. Faktor
psikologi terdiri dari intelegensi, perhatian, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, masyarakat. Faktor
keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah
terdiri dari relasi guru dan karyawan dengan siswa, disiplin sekolah, fasilitas
sekolah khususnya perpustakaan, dan keadaan gedung. Faktor masyarakat terdiri
dari mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan.
3.1.3
Indikator minat baca siswa
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat diketahui indikator dari minat baca adalah:
1.
Alasan
dan tujuan seseorang membaca
Pertanyaan
mengapa siswa membaca atau tidak membaca hanya dapat diterangkan bila diketahui
apa yang menjadi keperluan komunikasi. Ada beberapa alasan yang biasanya
mendorong seseorang siswa mau membaca:
a.
Membaca
berguna bagi pembangunan, perluasan wawasan dan untuk mengenal orang lain.
b.
Untuk
mengenal dunia dan lingkungan.
c.
Untuk
mencapai pengetahuan tentang segala sesuatu.
d.
Untuk
kepentingan belajar di sekolah.
e.
Untuk
ketenangan dan mengurangi ketegangan berfikir.
f.
Untuk
mengusir kebosanan mengisi waktu luang.
Menurut Hans
E. Gierl (Kurt Franz/Bernhard Meier. 1986:8-9) alasan yang mendorong seseorang
atau siswa untuk membaca ada tiga yaitu:
a.
Keinginan
untuk menangkap dan menghayati yang dijumpai di dalamnya, disadari oleh hasrat
berorientasi pada dunia dan sekelilingnya dan untuk dapat menjelaskan adanya
dunia dan sekelilingnya itu.
b.
Adanya
hasrat untuk mengatasi atau setidaknya melonggarkan keterikatan manusia.
c.
Untuk
mencari keteraturan dan bentuk, mencari apa arti dan makna kehidupan manusia.
Sedangkan
tujuan siswa dalam membaca menurut Wiryodijoyo dalam Nurbiyanti (1989:57-58)
adalah :
a.
Untuk
kesenangan.
b.
Untuk
penerapan praktis.
c.
Untuk
mencari informasi khusus yang sedang dibuat.
d.
Untuk
mendapatkan gambaran umum tentang sesuatu.
e.
Untuk
mengevaluasi buku secara kritis.
f.
Untuk
menangkap butir-butir yang penting sebuah tulisan.
g.
Untuk
mengetahui isi materi bahan bacaan dengan cepat.
h.
Untuk
memperkuat pemahaman dan membaca pikiran.
i.
Mengerti
dengan jelas untuk mengingat informasi dan menggunakannya.
j.
Mengembangkan
kemampuan konsentrasi dan arti yang lebih dalam.
Apabila siswa
sudah mengerti mengapa dia membaca maka akan timbul motivasi membaca dalam
dirinya. Timbulnya motivasi yang tinggi akan menumbuhkan minat baca, sehingga
motivasi memegang peranan penting dalam proses membaca.
2.
Menyediakan
waktu untuk membaca
Menurut Tarigan
dalam Nurbiyanti (1986:102) “alasan umum untuk tidak membaca adalah kekurangan
waktu”. Memang sebagai pelajar, siswa mempunyai banyak tugas yang memakan waktu
cukup banyak, akan tetapi jika dapat mengatur waktunya maka siswa bisa
mengalokasikan waktunya untuk membaca walaupun singkat, paling tidak lima belas
menit atau tiga puluh menit. Jika kegiatan ini tetap dilakukan setiap hari maka
tanpa terasa akan menjadi suatu kebiasaan. Jika membaca sudah menjadi kebiasaan
maka siswa akan melakukan aktivitas ini dimanapun dia berada.
3.
Kesadaran
akan manfaat membaca
Membaca
adalah kunci untuk membuka gerbang ilmu kesemestaan, sementara buku adalah
jendela dunia yang terhampar luasnya.
Menurut
Supriyono (1998:3) manfaat membaca adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan
Pengembangan Diri
Dengan
membaca seseorang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan. Sehingga daya nalarya
berkembangan dan berpandangan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain. Seorang pustakawan harus banyak membaca untuk mengembangkan
prestasi dan meningkatkan karir mereka.
2.
Memenuhi
Tuntutan Intelektual
Dengan
membaca buku, pengetahuan bertambah dan perbendaharaan kata-kata meningkat,
melatih imajinasi dan daya pikir sehingga terpenuhi kepuasan intelektual.
3.
Memenuhi
Kepentingan Hidup
Dengan
membaca akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan
sehari-nari. Misalnya dengan membaca cara perawatan buku, maka akan diperoleh
pengetahuan perawatan buku.
4.
Meningkatkan
Minatnya Terhadap Suatu Bidang
Seseorang yang senang buku internet
misalnya dengan makin membaca buku-buku tentang internet, minatnya akan
meningkatkan untuk mempelajarinya lebih mendalam.
5.
Mengetahui
Hal-hal yang Aktual
Dengan
membaca seseorang dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungan tanpa harus pergi ke lokasi, misalnya : adanya gempa bumi, banjir,
kebakaran dan peristiwa wayang lain..
4.
Usaha
untuk memperoleh bahan bacaan
Seseorang
yang memiliki minat baca yang tinggi akan menjadikan membaca sebagai kebiasaan
sehingga seseorang yang telah terbiasa dengan membaca akan merasa ada yang
kurang jika satu hari saja tidak membaca. Seseorang yang memiliki minat baca
yang tinggi maka dia akan berupaya untuk memperoleh bahan bacaan yang
diinginkan.
3.2
Fasilitas Perpustakaan
3.2.1
Pengertian fasilitas perpustaskaan
Menurut A.S Moenir (1983:197) menyatakan bahwa “fasilitas
adalah segala sesuatu yang digunakan, dipakai, ditempati, dan dinikmati oleh
orang pengguna”. Pendapat lain menyatakan bahwa “fasilitas adalah kelengkapan
bangunan yang berkaitan dengan pengendalian yang lebih baik dan efisien yang
diperoleh dari keamanan dan kenyamanan” (Sriyadi dalam Nurbiyanti, 1991:74).
Perpustakaan
menurut Ibrahim Bafadal (1992:4) adalah “koleksi yang diorganisasi di dalam
suatu ruang agar dapat digunakan oleh siswa dan guru yang dalam
penyelenggaraannya diperlukan seorang pustakawan yag dapat diambil dari salah
seorang guru”. Perpustakaan Menurut Sutarno (2003:7) adalah “suatu ruangan,
bagian dari gedung atau bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi
buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah
dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca”.
Menurut
Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan tertanggal 11 Maret No.
0103/0/1981, perpustakaan sekolah adalah sebagai pusat kegiatan
belajar-mengajar, pusat penelitian sederhana, pusat baca, guna menambah ilmu
pengetahua dan rekreasi. Berdasarkan beberapa pengertian dari fasilitas
perpustakaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas perpustakaan
sekolah adalah segala sesuatu yang digunakan, ditempati, dan dinikmati guna
menunjang pengorganisasian koleksi pustaka yang diatur menurut sistem tertentu
dalam suatu ruang, merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar
serta membantu mengembangkan bakat dan minat siswa, dalam penyelenggaraannya
diperlukan seorang pustakawan yang dapat diambil dari salah seorang guru.
3.2.2
Indikator fasilitas perpustakaan
A.S Moenir
(1983:197) menyatakan bahwa “fasilitas adalah segala sesuatu yang digunakan,
digunakan, dipakai, ditempati, dan dinikmati oleh orang pengguna”. Lebih lanjut
A.S Moenir (1983:198) menyatakan bahwa fasilitas non fisik, sedangkan dalam
penelitian ini yang dimaksud fasilitas fisik non fisik adalah:
1.
Fasilitas
fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dibendakan yang
mempunyai peranan untuk memudahkan usaha. Dalam penelitian ini yang dimaksud
fasilitas fisik adalah ruang perpustakaan, peralatan perpustakaan, dan koleksi
buku.
2.
Fasilitas
non fisik, dalam penelitian ini yang dimaksud fasilitas non fisik adalah
kenyamanan ruangan perpustakaan yang diatur oleh pustakawan dalam upaya
meningkatkan minat baca siswa.
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat ditentukan indicator-indikator dari fasilitas
perpustakaan yaitu:
1.
Ruangan
perpustakaan
Menurut Teti
Kurniati (2007:3) besarnya gedung perpustakaan sekolah tergantung dari besarnya
jumlah guru dan murid yang akan mempergunakan perpustakaan. Fungsi gedung
perpustakaan sekolah adalah:
a.
Untuk
tempat menyimpan bahan pustaka/koleksi perpustakaan.
b.
Sebagai
pusat kegiatan belajar mengajar.
c.
Pusat
membaca guna menambah ilmu pengetahuan.
d.
Pusat
penelitian sederhana.
e.
Tempat
rekreasi.
f.
Untuk
kegiatan layanan perpustakaan.
g.
Untuk
tempat petugas melaksanakan kegiatannya.
Menurut
Darmono (2007:242) ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan pada waktu
mendirikan gedung perpustakaan sekolah yaitu:
a.
Gedung
atau ruang perpustakaan sekolah harus berdekatan dengan kelas-kelas yang ada.
b.
Ruang
perpustakaan sekolah sebaiknya tidak jauh dari tempat parker.
c.
Ruang
perpustakaan sekolah sebaiknya jauh dari kebisingan yang sekiranya mengganggu
ketenangan siswa yang sedang belajar di perpustakaan.
d.
Ruang
perpustakaan sekolah sebaiknya mudah dicapai oleh kendaraan yang akan
mengangkat buku-buku.
e.
Ruang
perpustakaan sekolah harus aman, baik dari bahaya kendaraan, kebanjiran,
ataupun dari pencurian.
f.
Ruang
perpustakaan sekolah sebaiknya ditempatkan di lokasi yang kemungkinannya mudah
diperluas.
Menurut Zurni
Zahara dalam Nurbiyanti (1991:4) hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian untuk
ruangan pepustakaan adalah:
a.
Ventilasi
udara harus cukup baik.
b.
Ruangan
cukup luas untuk semua kegiatan yang dilaksanakan.
c.
Layout
ruangan.
d.
Pencahayaan
ruangan.
e.
Memberi
kemudahan pengawasan petugas dan arus gerakan dari pemakai perpustakaan.
Dekorasi ruangan sederhana tetapi memberi kesejukan pemandangan.
Menurut
Darmono (2007:239) pada dasarnya setiap perpustakaan, besar atau kecil,
memerlukan ruangan yang berikut:
a.
Ruangan
untuk menyimpan buku, majalah, dan bahan rekaman lain.
b.
Ruangan
untuk membaca.
c.
Ruangan
untuk melaksanakan kegiatan administrasi peminjaman.
d.
Ruangan
kerja untuk pegawai.
e.
Ruang
kantor untuk kepala perpustakaan (jika ada kepala perpustakaan).
Menurut
Darmono (2007:234) ada beberapa aspek penataan ruang perpustakaan, diantaranya
yaitu:
a.
Aspek
fungsional
b.
Aspek
psikologis pengguna
c.
Aspek
estetika
d.
Aspek
keamanan bahan pustaka
Sirkulasi
pengunjung dipengaruhi oleh arah yang ditentukan petugas perpustakaan.
Lazimnya, perpustakaan memakai sistem arah dari kiri ke kanan atau menurut arah
jarah jarum jam dalam menyusun unsur-unsur tersebut. Oleh karena meja peminjam
merupakan titik control dari kedua macam sirkulasi, yakni bahan-bahan
perpustakaan dan pengunjung, maka penentuan arah ini diambil dari kedudukan
meja itu. Jadi, yang paling utama adalah menetapkan lebih dahulu, diman
kedudukan meja peminjam yang paling ideal, dan baru mengatur unsur-unsur poko
lainnya.
2.
Koleksi
buku bacaan
Menurut
Darmono (2007:65) semua bahan pustaka hendaknya dipilih secara cermat,
disesuaikan dengan standar kebutuhan pemakai perpustakaan dalam suatu skala
prioritas yang sudah ditetapkan. Murid-murid di sekolah mempunyai bakat,
kebutuhan, perhatian, dan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
perpustakaan sekolah harus menyajikan bahan pustaka yang sesuai dengan
kebutuhan anak baik dalam bentuk cetak maupun terekam seperti buku, naskah,
terbitan berkala, surat kabar, brosur, foto, film, pita rekaman dan lain-lain.
Koleksi perpustakaan sekolah dapat dikelompokkan atas:
a.
Buku
1.
Buku
teks (buku wajib), yang telah digariskan oleh pemerintah.
2.
Buku
penunjang, buku pengayaan yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah untuk
digunakan di sekolah-sekolah, serta buku penunjang untuk kalangan siswa tentang
bidang tertentu.
3.
Buku-buku
jenis fiksi serta buku bergambar yang dapat merangsang rasa ingin tahu dan
dapat mengembangkan imajinasi anak didik.
4.
Buku
popular (umum) merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan secara umum dan
popular.
b.
Koleksi
referens
Koleksi
referens sebenarnya juga dalam bentuk buku, yang membedakan dengan buku adalah
isi dan cara penyusunannya. Isi buku referens tidak mendalam dan kadang-kadang
hanya memuat informasi tertentu saja seperti arti kata.
c.
Sumber
geografi
Sumber geografi sangat diperlukan oleh
perpustakaan. Jenis koleksi ini berisi informasi tentang daerah, iklim, cuaca,
ketinggian tempat, bahan tambang, hutan, laut, gunung, untuk daerah tertentu.
d.
Jenis
serial
Pada umumnya
terbitan berkala berupa majalah dan Koran. Majalah dan koran diperlukan sebagai
koleksi perpustakaan karena keduanya berisi berita actual yang meliputi
berbagai aspek kehidupan menusia.
e.
Bahan
mikro
Bahan mikro
adalah koleksi perpustakaan yang merupakan alih media dari bentuk buku kedalam
bentuk mikro seperti mikro film dan micro
fice (carik mikro). Mikro film pada umumnya berbentuk rol dan carik mikro
berbentuk lembaran. Koleksi mikro hanya bisa dibaca dengan alat bantu yaitu micro reader (alat baca bahan mikro).
f.
Bahan
pandang dengan (audio visual)
Bahan pandang
dengar juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengar memuat
informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indera mata dan telinga.
Contoh: video, kaset, piringan hitam, CD-ROM, VCD, DVD, slide, film.
Pengadaan
koleksi buku bacaan di perpustakaan dapat dilakukan dengan cara:
a.
Pembelian
Pembelian
adalah jalan yang paling ideal dalam pengadaan koleksi bahan pustaka, sebab ada
kebebasan menentukan pilihan pustaka yang dikehendaki.
b.
Hadiah
Hadiah atau
pemberian dapat diperoleh dari departemen/instansi pemerintah maupun swasta,
perseorangan sebagai kenang-kenangan tanda kasih dan sebagainya.
c.
Tukar-menukar
Bagi sekolah
yang mampu menerbitkan buku atau memiliki penerbit sendiri buku-buku atau judul
yang diterbitkan dapat dipergunakan untuk tukar-menukar dengan penerbit lain.
Hasil tukar-menukar itu dijadikan tambahan koleksi perpustakaan.
3.
Peralatan
perpustakaan
Selain memerlukan gedung (ruang perpustakaan) dan koleksi
buku yang memadai, penyelenggaraan perpustakaan memerlukan sejumlah peralatan,
baik untuk pelayanan kepada pengguna maupun untuk kegiatan rutin perpustakaan
mulai dari kegiatan ketatausahaan, sampai pada kegiatan pengolahan buku untuk
segera dimanfaatkan. Peralatan perpustakaan meliputi:
a.
Rak
buku
b.
Rak
surat kabar
c.
Rak
majalah
d.
Kabinet
gambar
e.
Meja
sirkulasi
f.
Kursi
petugas
g.
Almari
atau kabinet catalog
h.
Kotak
kartu peminjam
i.
Kereta
buku
j.
Papan
display
k.
Meja
dan kursi untuk membaca
Pengadaan
setiap perlengkapan harus mempertimbangkan hal-hal seperti nilai efisiensi
pengeluaran uang, efisiensi dalam pengaturannya, mutunya baik, enak dipakai,
dan menarik bagi penglihatan. Usahakan masing-masing jenis peralatan itu
seragam baik bentuknya maupun warnanya.
3.3
Kinerja Pustakawan
3.3.1
Pengertian kinerja pustakawan
Agar dapat
memberikan layanan yang baik sesuai dengan fungsinya, perpustakaan memerlukan
tenaga yang memadai baik dari jumlah dan kualitas yang harus dimilikinya.
Pustakaan adalah salah satu faktor penentu tinggi rendahnya minat baca siswa.
Namun demikian posisi strategis pustakawan untuk meningkatkan minat baca siswa
sangat dipengaruhi oleh kinerjanya.
Mangkunegara,
dalam Nurbiyanti (2004:67) menyatakan bahwa “kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Teori Robbins
menyebutkan mengenai “beberapa faktor yang saling berkaitan diantaranya
kepemimpinan, motivasi, kemampuan, dimana faktor-faktor tersebut akan
berinteraksi menjadi satu fungsi kinerja pada pegawai” (robbins dalam
Nurbiyanti, 1996:95).
Kinerja
menurut As’ad dalam Nurbiyanti (2001:48) “adalah keberhasilan seseorang pekerja
terkait dengan keberhasilan dalam menyelesaikan tugasnya, hal tersebut dapat
dilihat dari sisi kualitas dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
tersebut”. Sedangkan Keith Davis yang dikutip Mangkunegara (2004:67) menyatakan
“kinerja merupakan gabungan antara kemampuan dan motivasi”.
Berdasarkan
PP No 24 tahun 2014 tentang pelaksanaan UU No 43 Tahun 2007 tentang
perpustakaan bab 1 pasal 15 bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikandan/atau pelatihan kepustakawanan
serta tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan.
Dari
pengertian kinerja dan pengertian pustakawan maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja pustakawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh orang yang ahli dalam bidang perpustakaan.
3.3.2
Indikator kinerja pustakawan
Menurut
Robbins dalam Nurbiyanti (1996:260), ada beberapa indikator tentang kinerja,
diantaranya:
1.
Kualitas
kerja
Yang mana
aktivitas mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara yang ideal
dari penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan di
suatu aktivitas.
2.
Kuantitas
kerja
Merupakan
jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah
siklus aktivitas yang diselesaikan pekerja, dan jumlah aktivitas yang
dihasilkan.
3.
Kehadiran
dan ketepatan waktu hadir
Tingkat
kehadiran seorang pekerja pada hari kerja. Sedangkan ketepatan waktu hadir
adalah kedisiplinan pekerja pada saat masuk kerja.
4.
Komitmen
kerja
Merupakan
tingkat yang mana pekerja mempunyai komitmen kerja dengan kantor dan tanggung
jawab pekerja terhadap kantor.
3.4 Penelitian
Terdahulu yang Relevan
Tabel 3.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan
No.
|
Nama
|
Tahun
|
Judul Penelitian
|
1
|
Emy Satya
Pratiwi
|
2008
|
Pengaruh
Pemanfaatan Perpustakaan Terhadap Peningkatan Minat Baca di SMUN 1 Pati
|
2
|
Heri
Febianto
|
2006
|
Pengaruh
Minat dan Kondisi Kelas terhadap Hasil belajar. Mengetik Manual dengan system
10 jari Kelas 1 Jurusan administrasi Perkantoran di SMK Negeri 2 Semarang.
|
3
|
Danang
Trianto
|
2013
|
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Koleksi Buku Perpustakaan Pada Siswa Kelas XI
dan XII SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014.
|
3.5 Kerangka
Berpikir
Membaca merupakan suatu kegiatan belajar
siswa yang paling banyak memakan waktu dan memerlukan pemikiran sepenuhnya.
Menurut pendapat William Baker dalam Nurbiyanti, “sekitar 85% dari semua
kegiatan belajar di sekolah terdiri atas membaca”. “Jadi, membaca kiranya
merupakan sarana utama bagi siswa untuk mencapai keberhasilan belajar” (The Liang
Gie dalam Nurbiyanti, 2005:57).
Setiap siswa memiliki alasan yang
berbeda-beda dalam membaca, tergantung keinginan dan tujuan yang akan
dicapainya. Ketika siswa mendapat sesuatu yang berguna bagi dirinya setelah
membaca dan merasa puas maka timbul minat membaca pada dirinya.
“Perpustakaan sebagai salah satu sarana
yang menunjang kegiatan belajar siswa sekaligus untuk menumbuhkan minat baca
siswa” (Salam 2004:46). Di dalam perpustakaan terdapat berbagai bahan pustaka
yang dapat digunakan oleh siswa untuk kelancaran kegiatan belajarnya.
Minat membaca tidak timbul begitu saja,
namun harus dipupuk dan dikembangkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
minat baca siswa, seperti kinerja pustakawan dan fasilitas perpustakaan. Peran
pustakawan sangat penting, hal ini dikarenakan pustakawan bisa menjadi
motivator bagi siswa untuk membaca di perpustakaan. Pustakawan yang memiliki
kinerja tinggi adalah pustakawan yang memiliki kualitas kerja yang berkompeten
di bidangnya, tepat waktu ketika dating ke perpustakaan maupun pulang dari
perpustakaan, efektif dalam menggunakan waktu kerjanya, serta memiliki komitmen
yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan kinerja yang tinggi maka
pelayanan yag diberikan kepada siswa juga memuaskan sehingga dapat meningkatkan
minat baca siswa.
Selain kinerja yag berkualitas dari
pustakawan, perpustakaan hendaknya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
perpustakaan yang memadai seperti ruang perpustakaan yang luas, peralatan
perpustakaan yang lengkap, serta koleksi buku yang dapat memenuhi kebutuhan
siswa. Dengan fasilitas yang lengkap dan memadai maka siswa akan tertarik
datang ke perpustakaan.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka
secara sistematis kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
![]() |
Gambar 3.5: Kerangka Berifikir
3.6 Hipotesis
Penelitian
“Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya” (Sugiyono,
2009: 96). Menurut Arikunto(2006: 71), “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul”. Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
H0:
“Tidak ada pengaruh fasilitas perpustakaan dan kinerja pustakawan terhadap
minat baca siswa SMK Negeri 9 Semarang”.
Ha: “Ada Pengaruh fasilitas perpustakaan dan
kinerja pustakawan terhadap minat baca siswa SMK Negeri 9 Semarang”.
3.4
3.4.1
Pengertian minat baca
“Minat diartikan sebagai moment dari kecenderungan
terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting” (Kartini
Kartono dalam Nurbiyanti, 1980:78). Minat dapat dikelompokkan sebagai sifat
atau sikap yang memiliki kecenderungan-kecenderungan atau tendensi tertentu.
Minat dapat mempresentasikan tindakan-tindakan, minat tidak dapat dikelompokkan
sebagai pembawa tetapi sifatnya dapat diusahakan, dipelajari, dan dikembangkan.
Menurut Ibrahim Bafadal (1992:192), telah dijelaskan bahwa minat sebagai berikut:
5.
Minat
bukan hasil pembawaan manusia tetapi dapat dibentuk atau diusahakan,
dipelajari, dan dikembangkan.
6.
Minat
itu dapat dihubungkan untuk maksud-maksud tertentu untuk bertindak.
7.
Secara
sempit, minat itu diasosiasikan dengan keadaan social seseorang dan emosi
seseorang.
8.
Minat
itu biasa membawa inisiatif dan mengarahkan kepada kelakuan atau tabiat
manusia.
Mengenai
pengertian membaca, banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang membaca.
“Membaca merupakan kegiatan komplek dan sengaja, dalam hal ini berupa proses
berpikir yang didalamnya terdiri dari berbagai aksi pikir yang bekerja secara
terpadu mengarah kepada satu tujuan yaitu memahami makna paparan tertulis
secara keseluruhan” (Ibrahim Bafadal, 1992:193).
“Membaca
adalah proses psikologi yag melibatkan penglihatan, gerak mata, ingatan
pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami dan pengalaman membacanya”
(Suwaryono Wiryodijoyo dalam Nurbiyanti, 1989:78). “Membaca adalah kegiatan
yang dilakukan berupa penerjemahan simbol atau huruf ke dalam kata dan kalimat
yang memiliki makna bagi seseorang” (Bram dan Dickey dalam Darmono, 2007:215).
Menurut
Darmono (2007:215) tujuan umum orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi
baru. Dalam kenyataanya terdapat tujuan yang lebih khusus dari kegiatan
membaca, yaitu:
4.
Membaca
untuk tujuan kesenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel,
surat kabar, majalah, dan komik.
5.
Membaca
untuk meningkatkan pengetahuan seperti pada membaca buku-buku pelajaran buku
ilmu pengetahuan.
6.
Membaca
untuk melakukan suatu pekerjaan, misalnya para mekanik perlu membaca buku
petunjuk, ibu-ibu membaca booklet tentang resep masakan, membaca prosedur kerja
dari pekerjaan tertentu.
Menurut
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Proyek Pengembangan Buku dan
Minat Baca (1996:8) :
Minat baca
adalah keinginan kuat yang disertai usaha-usaha seseorang atau masyarakat untuk
membaca dan orang yang mempunyai minat baca yang besar ditunjukkan oleh usaha
memperoleh bahan bacaan, kesediaan seseorang menyediakan waktu untuk mebaca,
alasan dan tujuan membaca, serta kesadaran akan manfaat membaca. Orang yan
mempunyai minat baca yang kuat akan menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan
sekaligus kebutuhan, penghargaannya terhadap bahan-bahan bacaan, orang yang
membaca , tempat-tempat da kegiatan yag berkaitan dengan membaca juga akan
meningkat.
“Minat baca merupakan jiwa yang mendorong seseorang
berbuat sesuatu terhadap membaca, ditunjukan dengan keinginan yang kuat untuk
melakukan kegiatan membaca” (Darmono,
2007:214). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
minat baca adalah sebagai kejadian dari kecenderungan hati untuk memperhatikan
kata-kata tertulis yang melibatkan penglihatan, gerakan mata, pembicaraan,
ingatan pengetahuan mengenai kata-kata yang dapat dipahami dan pengalaman
membacanya yang dilakukan secara intensif.
3.4.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca
Menurut
Darmono (2007:217) faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu factor intern dan factor ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam masing-masing diri individu, meliputi faktor
jasmani dan psikologi. Faktor jasmani terdiri dari kesehatan individu. Faktor
psikologi terdiri dari intelegensi, perhatian, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, masyarakat. Faktor
keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah
terdiri dari relasi guru dan karyawan dengan siswa, disiplin sekolah, fasilitas
sekolah khususnya perpustakaan, dan keadaan gedung. Faktor masyarakat terdiri
dari mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan.
3.4.3
Indikator minat baca siswa
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat diketahui indikator dari minat baca adalah:
5.
Alasan
dan tujuan seseorang membaca
Pertanyaan
mengapa siswa membaca atau tidak membaca hanya dapat diterangkan bila diketahui
apa yang menjadi keperluan komunikasi. Ada beberapa alasan yang biasanya
mendorong seseorang siswa mau membaca:
g.
Membaca
berguna bagi pembangunan, perluasan wawasan dan untuk mengenal orang lain.
h.
Untuk
mengenal dunia dan lingkungan.
i.
Untuk
mencapai pengetahuan tentang segala sesuatu.
j.
Untuk
kepentingan belajar di sekolah.
k.
Untuk
ketenangan dan mengurangi ketegangan berfikir.
l.
Untuk
mengusir kebosanan mengisi waktu luang.
Menurut Hans
E. Gierl (Kurt Franz/Bernhard Meier. 1986:8-9) alasan yang mendorong seseorang
atau siswa untuk membaca ada tiga yaitu:
d.
Keinginan
untuk menangkap dan menghayati yang dijumpai di dalamnya, disadari oleh hasrat
berorientasi pada dunia dan sekelilingnya dan untuk dapat menjelaskan adanya
dunia dan sekelilingnya itu.
e.
Adanya
hasrat untuk mengatasi atau setidaknya melonggarkan keterikatan manusia.
f.
Untuk
mencari keteraturan dan bentuk, mencari apa arti dan makna kehidupan manusia.
Sedangkan
tujuan siswa dalam membaca menurut Wiryodijoyo dalam Nurbiyanti (1989:57-58)
adalah :
k.
Untuk
kesenangan.
l.
Untuk
penerapan praktis.
m.
Untuk
mencari informasi khusus yang sedang dibuat.
n.
Untuk
mendapatkan gambaran umum tentang sesuatu.
o.
Untuk
mengevaluasi buku secara kritis.
p.
Untuk
menangkap butir-butir yang penting sebuah tulisan.
q.
Untuk
mengetahui isi materi bahan bacaan dengan cepat.
r.
Untuk
memperkuat pemahaman dan membaca pikiran.
s.
Mengerti
dengan jelas untuk mengingat informasi dan menggunakannya.
t.
Mengembangkan
kemampuan konsentrasi dan arti yang lebih dalam.
Apabila siswa
sudah mengerti mengapa dia membaca maka akan timbul motivasi membaca dalam
dirinya. Timbulnya motivasi yang tinggi akan menumbuhkan minat baca, sehingga
motivasi memegang peranan penting dalam proses membaca.
6.
Menyediakan
waktu untuk membaca
Menurut
Tarigan dalam Nurbiyanti (1986:102) “alasan umum untuk tidak membaca adalah
kekurangan waktu”. Memang sebagai pelajar, siswa mempunyai banyak tugas yang
memakan waktu cukup banyak, akan tetapi jika dapat mengatur waktunya maka siswa
bisa mengalokasikan waktunya untuk membaca walaupun singkat, paling tidak lima
belas menit atau tiga puluh menit. Jika kegiatan ini tetap dilakukan setiap
hari maka tanpa terasa akan menjadi suatu kebiasaan. Jika membaca sudah menjadi
kebiasaan maka siswa akan melakukan aktivitas ini dimanapun dia berada.
7.
Kesadaran
akan manfaat membaca
Membaca adalah
kunci untuk membuka gerbang ilmu kesemestaan, sementara buku adalah jendela
dunia yang terhampar luasnya.
Menurut
Supriyono (1998:3) manfaat membaca adalah sebagai berikut:
6.
Meningkatkan
Pengembangan Diri
Dengan
membaca seseorang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan. Sehingga daya nalarya
berkembangan dan berpandangan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain. Seorang pustakawan harus banyak membaca untuk mengembangkan
prestasi dan meningkatkan karir mereka.
7.
Memenuhi
Tuntutan Intelektual
Dengan
membaca buku, pengetahuan bertambah dan perbendaharaan kata-kata meningkat,
melatih imajinasi dan daya pikir sehingga terpenuhi kepuasan intelektual.
8.
Memenuhi
Kepentingan Hidup
Dengan
membaca akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan
sehari-nari. Misalnya dengan membaca cara perawatan buku, maka akan diperoleh
pengetahuan perawatan buku.
9.
Meningkatkan
Minatnya Terhadap Suatu Bidang
Seseorang
yang senang buku internet misalnya dengan makin membaca buku-buku tentang
internet, minatnya akan meningkatkan untuk mempelajarinya lebih mendalam.
10.
Mengetahui
Hal-hal yang Aktual
Dengan
membaca seseorang dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungan tanpa harus pergi ke lokasi, misalnya : adanya gempa bumi, banjir,
kebakaran dan peristiwa wayang lain..
8.
Usaha
untuk memperoleh bahan bacaan
Seseorang
yang memiliki minat baca yang tinggi akan menjadikan membaca sebagai kebiasaan
sehingga seseorang yang telah terbiasa dengan membaca akan merasa ada yang
kurang jika satu hari saja tidak membaca. Seseorang yang memiliki minat baca
yang tinggi maka dia akan berupaya untuk memperoleh bahan bacaan yang
diinginkan.
3.5
Fasilitas Perpustakaan
3.5.1
Pengertian fasilitas perpustaskaan
Menurut A.S Moenir (1983:197) menyatakan bahwa “fasilitas
adalah segala sesuatu yang digunakan, dipakai, ditempati, dan dinikmati oleh
orang pengguna”. Pendapat lain menyatakan bahwa “fasilitas adalah kelengkapan
bangunan yang berkaitan dengan pengendalian yang lebih baik dan efisien yang
diperoleh dari keamanan dan kenyamanan” (Sriyadi dalam Nurbiyanti, 1991:74).
Perpustakaan
menurut Ibrahim Bafadal (1992:4) adalah “koleksi yang diorganisasi di dalam
suatu ruang agar dapat digunakan oleh siswa dan guru yang dalam penyelenggaraannya
diperlukan seorang pustakawan yag dapat diambil dari salah seorang guru”.
Perpustakaan Menurut Sutarno (2003:7) adalah “suatu ruangan, bagian dari gedung
atau bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang
disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah dicari dan dipergunakan
apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca”.
Menurut
Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan tertanggal 11 Maret No.
0103/0/1981, perpustakaan sekolah adalah sebagai pusat kegiatan
belajar-mengajar, pusat penelitian sederhana, pusat baca, guna menambah ilmu
pengetahua dan rekreasi. Berdasarkan beberapa pengertian dari fasilitas
perpustakaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas perpustakaan
sekolah adalah segala sesuatu yang digunakan, ditempati, dan dinikmati guna
menunjang pengorganisasian koleksi pustaka yang diatur menurut sistem tertentu
dalam suatu ruang, merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar
serta membantu mengembangkan bakat dan minat siswa, dalam penyelenggaraannya
diperlukan seorang pustakawan yang dapat diambil dari salah seorang guru.
3.5.2
Indikator fasilitas perpustakaan
A.S Moenir
(1983:197) menyatakan bahwa “fasilitas adalah segala sesuatu yang digunakan,
digunakan, dipakai, ditempati, dan dinikmati oleh orang pengguna”. Lebih lanjut
A.S Moenir (1983:198) menyatakan bahwa fasilitas non fisik, sedangkan dalam
penelitian ini yang dimaksud fasilitas fisik non fisik adalah:
3.
Fasilitas
fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dibendakan yang
mempunyai peranan untuk memudahkan usaha. Dalam penelitian ini yang dimaksud
fasilitas fisik adalah ruang perpustakaan, peralatan perpustakaan, dan koleksi
buku.
4.
Fasilitas
non fisik, dalam penelitian ini yang dimaksud fasilitas non fisik adalah kenyamanan
ruangan perpustakaan yang diatur oleh pustakawan dalam upaya meningkatkan minat
baca siswa.
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat ditentukan indicator-indikator dari fasilitas
perpustakaan yaitu:
4.
Ruangan
perpustakaan
Menurut Teti
Kurniati (2007:3) besarnya gedung perpustakaan sekolah tergantung dari besarnya
jumlah guru dan murid yang akan mempergunakan perpustakaan. Fungsi gedung
perpustakaan sekolah adalah:
h.
Untuk
tempat menyimpan bahan pustaka/koleksi perpustakaan.
i.
Sebagai
pusat kegiatan belajar mengajar.
j.
Pusat
membaca guna menambah ilmu pengetahuan.
k.
Pusat
penelitian sederhana.
l.
Tempat
rekreasi.
m.
Untuk
kegiatan layanan perpustakaan.
n.
Untuk
tempat petugas melaksanakan kegiatannya.
Menurut
Darmono (2007:242) ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan pada waktu
mendirikan gedung perpustakaan sekolah yaitu:
g.
Gedung
atau ruang perpustakaan sekolah harus berdekatan dengan kelas-kelas yang ada.
h.
Ruang
perpustakaan sekolah sebaiknya tidak jauh dari tempat parker.
i.
Ruang
perpustakaan sekolah sebaiknya jauh dari kebisingan yang sekiranya mengganggu
ketenangan siswa yang sedang belajar di perpustakaan.
j.
Ruang
perpustakaan sekolah sebaiknya mudah dicapai oleh kendaraan yang akan
mengangkat buku-buku.
k.
Ruang
perpustakaan sekolah harus aman, baik dari bahaya kendaraan, kebanjiran,
ataupun dari pencurian.
l.
Ruang
perpustakaan sekolah sebaiknya ditempatkan di lokasi yang kemungkinannya mudah
diperluas.
Menurut Zurni
Zahara dalam Nurbiyanti (1991:4) hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian untuk
ruangan pepustakaan adalah:
f.
Ventilasi
udara harus cukup baik.
g.
Ruangan
cukup luas untuk semua kegiatan yang dilaksanakan.
h.
Layout
ruangan.
i.
Pencahayaan
ruangan.
j.
Memberi
kemudahan pengawasan petugas dan arus gerakan dari pemakai perpustakaan.
Dekorasi ruangan sederhana tetapi memberi kesejukan pemandangan.
Menurut
Darmono (2007:239) pada dasarnya setiap perpustakaan, besar atau kecil,
memerlukan ruangan yang berikut:
f.
Ruangan
untuk menyimpan buku, majalah, dan bahan rekaman lain.
g.
Ruangan
untuk membaca.
h.
Ruangan
untuk melaksanakan kegiatan administrasi peminjaman.
i.
Ruangan
kerja untuk pegawai.
j.
Ruang
kantor untuk kepala perpustakaan (jika ada kepala perpustakaan).
Menurut
Darmono (2007:234) ada beberapa aspek penataan ruang perpustakaan, diantaranya
yaitu:
e.
Aspek
fungsional
f.
Aspek
psikologis pengguna
g.
Aspek
estetika
h.
Aspek
keamanan bahan pustaka
Sirkulasi
pengunjung dipengaruhi oleh arah yang ditentukan petugas perpustakaan.
Lazimnya, perpustakaan memakai sistem arah dari kiri ke kanan atau menurut arah
jarah jarum jam dalam menyusun unsur-unsur tersebut. Oleh karena meja peminjam
merupakan titik control dari kedua macam sirkulasi, yakni bahan-bahan
perpustakaan dan pengunjung, maka penentuan arah ini diambil dari kedudukan
meja itu. Jadi, yang paling utama adalah menetapkan lebih dahulu, diman
kedudukan meja peminjam yang paling ideal, dan baru mengatur unsur-unsur poko
lainnya.
5.
Koleksi
buku bacaan
Menurut
Darmono (2007:65) semua bahan pustaka hendaknya dipilih secara cermat,
disesuaikan dengan standar kebutuhan pemakai perpustakaan dalam suatu skala
prioritas yang sudah ditetapkan. Murid-murid di sekolah mempunyai bakat,
kebutuhan, perhatian, dan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
perpustakaan sekolah harus menyajikan bahan pustaka yang sesuai dengan
kebutuhan anak baik dalam bentuk cetak maupun terekam seperti buku, naskah,
terbitan berkala, surat kabar, brosur, foto, film, pita rekaman dan lain-lain.
Koleksi perpustakaan sekolah dapat dikelompokkan atas:
g.
Buku
5.
Buku
teks (buku wajib), yang telah digariskan oleh pemerintah.
6.
Buku
penunjang, buku pengayaan yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah untuk
digunakan di sekolah-sekolah, serta buku penunjang untuk kalangan siswa tentang
bidang tertentu.
7.
Buku-buku
jenis fiksi serta buku bergambar yang dapat merangsang rasa ingin tahu dan
dapat mengembangkan imajinasi anak didik.
8.
Buku
popular (umum) merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan secara umum dan
popular.
h.
Koleksi
referens
Koleksi
referens sebenarnya juga dalam bentuk buku, yang membedakan dengan buku adalah
isi dan cara penyusunannya. Isi buku referens tidak mendalam dan kadang-kadang
hanya memuat informasi tertentu saja seperti arti kata.
i.
Sumber
geografi
Sumber
geografi sangat diperlukan oleh perpustakaan. Jenis koleksi ini berisi
informasi tentang daerah, iklim, cuaca, ketinggian tempat, bahan tambang,
hutan, laut, gunung, untuk daerah tertentu.
j.
Jenis
serial
Pada umumnya
terbitan berkala berupa majalah dan Koran. Majalah dan koran diperlukan sebagai
koleksi perpustakaan karena keduanya berisi berita actual yang meliputi
berbagai aspek kehidupan menusia.
k.
Bahan
mikro
Bahan mikro
adalah koleksi perpustakaan yang merupakan alih media dari bentuk buku kedalam
bentuk mikro seperti mikro film dan micro
fice (carik mikro). Mikro film pada umumnya berbentuk rol dan carik mikro
berbentuk lembaran. Koleksi mikro hanya bisa dibaca dengan alat bantu yaitu micro reader (alat baca bahan mikro).
l.
Bahan
pandang dengan (audio visual)
Bahan pandang
dengar juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengar memuat
informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indera mata dan telinga.
Contoh: video, kaset, piringan hitam, CD-ROM, VCD, DVD, slide, film.
Pengadaan
koleksi buku bacaan di perpustakaan dapat dilakukan dengan cara:
d.
Pembelian
Pembelian
adalah jalan yang paling ideal dalam pengadaan koleksi bahan pustaka, sebab ada
kebebasan menentukan pilihan pustaka yang dikehendaki.
e.
Hadiah
Hadiah atau
pemberian dapat diperoleh dari departemen/instansi pemerintah maupun swasta,
perseorangan sebagai kenang-kenangan tanda kasih dan sebagainya.
f.
Tukar-menukar
Bagi sekolah
yang mampu menerbitkan buku atau memiliki penerbit sendiri buku-buku atau judul
yang diterbitkan dapat dipergunakan untuk tukar-menukar dengan penerbit lain.
Hasil tukar-menukar itu dijadikan tambahan koleksi perpustakaan.
6.
Peralatan
perpustakaan
Selain memerlukan gedung (ruang perpustakaan) dan koleksi
buku yang memadai, penyelenggaraan perpustakaan memerlukan sejumlah peralatan,
baik untuk pelayanan kepada pengguna maupun untuk kegiatan rutin perpustakaan
mulai dari kegiatan ketatausahaan, sampai pada kegiatan pengolahan buku untuk
segera dimanfaatkan. Peralatan perpustakaan meliputi:
l.
Rak
buku
m.
Rak
surat kabar
n.
Rak
majalah
o.
Kabinet
gambar
p.
Meja
sirkulasi
q.
Kursi
petugas
r.
Almari
atau kabinet catalog
s.
Kotak
kartu peminjam
t.
Kereta
buku
u.
Papan
display
v.
Meja
dan kursi untuk membaca
Pengadaan
setiap perlengkapan harus mempertimbangkan hal-hal seperti nilai efisiensi
pengeluaran uang, efisiensi dalam pengaturannya, mutunya baik, enak dipakai,
dan menarik bagi penglihatan. Usahakan masing-masing jenis peralatan itu
seragam baik bentuknya maupun warnanya.
3.6
Kinerja Pustakawan
3.6.1
Pengertian kinerja pustakawan
Agar dapat
memberikan layanan yang baik sesuai dengan fungsinya, perpustakaan memerlukan
tenaga yang memadai baik dari jumlah dan kualitas yang harus dimilikinya.
Pustakaan adalah salah satu faktor penentu tinggi rendahnya minat baca siswa.
Namun demikian posisi strategis pustakawan untuk meningkatkan minat baca siswa
sangat dipengaruhi oleh kinerjanya.
Mangkunegara,
dalam Nurbiyanti (2004:67) menyatakan bahwa “kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Teori Robbins
menyebutkan mengenai “beberapa faktor yang saling berkaitan diantaranya
kepemimpinan, motivasi, kemampuan, dimana faktor-faktor tersebut akan
berinteraksi menjadi satu fungsi kinerja pada pegawai” (robbins dalam
Nurbiyanti, 1996:95).
Kinerja
menurut As’ad dalam Nurbiyanti (2001:48) “adalah keberhasilan seseorang pekerja
terkait dengan keberhasilan dalam menyelesaikan tugasnya, hal tersebut dapat
dilihat dari sisi kualitas dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
tersebut”. Sedangkan Keith Davis yang dikutip Mangkunegara (2004:67) menyatakan
“kinerja merupakan gabungan antara kemampuan dan motivasi”.
Berdasarkan
PP No 24 tahun 2014 tentang pelaksanaan UU No 43 Tahun 2007 tentang
perpustakaan bab 1 pasal 15 bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikandan/atau pelatihan kepustakawanan
serta tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan.
Dari
pengertian kinerja dan pengertian pustakawan maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja pustakawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh orang yang ahli dalam bidang perpustakaan.
3.6.2
Indikator kinerja pustakawan
Menurut
Robbins dalam Nurbiyanti (1996:260), ada beberapa indikator tentang kinerja,
diantaranya:
5.
Kualitas
kerja
Yang mana
aktivitas mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara yang ideal
dari penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan di suatu
aktivitas.
6.
Kuantitas
kerja
Merupakan
jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah
siklus aktivitas yang diselesaikan pekerja, dan jumlah aktivitas yang
dihasilkan.
7.
Kehadiran
dan ketepatan waktu hadir
Tingkat kehadiran
seorang pekerja pada hari kerja. Sedangkan ketepatan waktu hadir adalah
kedisiplinan pekerja pada saat masuk kerja.
8.
Komitmen
kerja
Merupakan
tingkat yang mana pekerja mempunyai komitmen kerja dengan kantor dan tanggung
jawab pekerja terhadap kantor.
3.4 Penelitian
Terdahulu yang Relevan
Tabel 3.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan
No.
|
Nama
|
Tahun
|
Judul Penelitian
|
1
|
Emy Satya
Pratiwi
|
2008
|
Pengaruh
Pemanfaatan Perpustakaan Terhadap Peningkatan Minat Baca di SMUN 1 Pati
|
2
|
Heri
Febianto
|
2006
|
Pengaruh
Minat dan Kondisi Kelas terhadap Hasil belajar. Mengetik Manual dengan system
10 jari Kelas 1 Jurusan administrasi Perkantoran di SMK Negeri 2 Semarang.
|
3
|
Danang
Trianto
|
2013
|
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Koleksi Buku Perpustakaan Pada Siswa Kelas XI
dan XII SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014.
|
3.5 Kerangka
Berpikir
Membaca merupakan suatu kegiatan belajar
siswa yang paling banyak memakan waktu dan memerlukan pemikiran sepenuhnya.
Menurut pendapat William Baker dalam Nurbiyanti, “sekitar 85% dari semua
kegiatan belajar di sekolah terdiri atas membaca”. “Jadi, membaca kiranya
merupakan sarana utama bagi siswa untuk mencapai keberhasilan belajar” (The
Liang Gie dalam Nurbiyanti, 2005:57).
Setiap siswa memiliki alasan yang
berbeda-beda dalam membaca, tergantung keinginan dan tujuan yang akan
dicapainya. Ketika siswa mendapat sesuatu yang berguna bagi dirinya setelah
membaca dan merasa puas maka timbul minat membaca pada dirinya.
“Perpustakaan sebagai salah satu sarana
yang menunjang kegiatan belajar siswa sekaligus untuk menumbuhkan minat baca
siswa” (Salam 2004:46). Di dalam perpustakaan terdapat berbagai bahan pustaka
yang dapat digunakan oleh siswa untuk kelancaran kegiatan belajarnya.
Minat membaca tidak timbul begitu saja,
namun harus dipupuk dan dikembangkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
minat baca siswa, seperti kinerja pustakawan dan fasilitas perpustakaan. Peran
pustakawan sangat penting, hal ini dikarenakan pustakawan bisa menjadi motivator
bagi siswa untuk membaca di perpustakaan. Pustakawan yang memiliki kinerja
tinggi adalah pustakawan yang memiliki kualitas kerja yang berkompeten di
bidangnya, tepat waktu ketika dating ke perpustakaan maupun pulang dari
perpustakaan, efektif dalam menggunakan waktu kerjanya, serta memiliki komitmen
yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan kinerja yang tinggi maka
pelayanan yag diberikan kepada siswa juga memuaskan sehingga dapat meningkatkan
minat baca siswa.
Selain kinerja yag berkualitas dari
pustakawan, perpustakaan hendaknya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
perpustakaan yang memadai seperti ruang perpustakaan yang luas, peralatan
perpustakaan yang lengkap, serta koleksi buku yang dapat memenuhi kebutuhan
siswa. Dengan fasilitas yang lengkap dan memadai maka siswa akan tertarik
datang ke perpustakaan.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka
secara sistematis kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
![]() |
Gambar 3.5: Kerangka Berifikir
3.6 Hipotesis
Penelitian
“Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya” (Sugiyono,
2009: 96). Menurut Arikunto(2006: 71), “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul”. Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
H0:
“Tidak ada pengaruh fasilitas perpustakaan dan kinerja pustakawan terhadap
minat baca siswa SMK Negeri 9 Semarang”.
Ha: “Ada Pengaruh fasilitas perpustakaan dan
kinerja pustakawan terhadap minat baca siswa SMK Negeri 9 Semarang”.
Komentar
Posting Komentar